TM1Labor : teori humanistik dan teori kognitif



TEORI HUMANISTIK DAN TEORO KOGNITIF
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



 








Di Buat Oleh :
Kelompok 
UTARI PRISMA DEWI (RSA1C316008)





PRODI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017























BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar pada zaman sekarang ini tidak terlepas dari penemuan para ahli yang telah menciptakan teori-teori belajar. Teori-teori tersebut telah menjelaskan bagaimana sistem belajar mengajar di dalam kelas. Ada banyak teori yang replikasinya dapat dikembangkan di dalam kelas, seperti teori behavioristik, kognitif, humanistik, teori belajar konsep, teori belajar bermakna, dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Bagaimana pandangan teori humanistik terhadap pertumbuhan dan perkembangan ?
2.    Bagaimana model pembelajaran humanistik?
3.    Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
4.    Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?
5.    Bagaimana peranan teori humanistik terhadap perkembangan ?
6.    Bagaimana pandangan teori kognitif terhadap pertumbuhan dan perkembangan ?
7.    Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
8.    Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
9.    Bagaimana peranan teori kognitif terhadap perkembangan


1.3 Tujuan

1.    Untuk mempelajari teori humanistik.
2.    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik
3.    Untuk mengetahui model pembelajaran humanistik.
4.    Untuk mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran.
5.    Untuk mengetahui peran teori humanistik dalam perkembangan
6.    Untuk mempelajari teori kognitif
7.    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
8.    Untuk mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
9.    Untuk mengetahui perana teori kognitif terhadap perekembangan

1.4 Manfaat

1.    Dapat menjelaskan apa itu teori humanistik
2.    Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori humanisti
3.    Dapat menerapkan model belajar humanistik waktu pembelajaran
4.    Dapat mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran.
5.    Dapat  mengetahui peran teori humanistik dalam perkembangan
6.    Dapat  menjelaskan apa itu teori kognitif
7.    Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
8.    Dapat  mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
9.    Dapat  mengetahui perana teori kognitif terhadap perekembangan



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Teori Humanistik

2.1.1 Pengertian Teori Humanistik

Teori humanistik merupakan suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik dapat menggali kemampuannya sendiri  dan mengembangkan potensinya  untuk di terapkan dalam lingkungan.
Teori humanistik telah dilukiskan sebagai angkatan ketiga dalam psikologi modern. Teori ini menolak determinisme Freud dari instink dan determinisme lingkungan dari teori pembelajaran. Pendukung humanis memiliki pandangan yang sangat positif dan optimis tentang kodrat manusia. Pandangan humanistik menyatakan bahwa manusia adalah agen yang bebas dengan kemampuan superior untuk menggunakan simbol-simbol dan berpikir secara abstrak.
Jadi, orang mampu membuat pilihan yang cerdas, untuk bertanggungjawab atas perbuatannya, dan menyadari potensi penuhnya sebagai orang yang mengaktualisasikan diri. Humanist memiliki pandangan holistik mengenai perkembangan manusia, yang melihat setiap orang sebagai makhluk keseluruhan yang unik dengan nilai independen. Dalam pandangan holistik, seseorang lebih dari sekedar kumpulan dorongan, instink, dan pengalaman yang dipelajari.
Tiga tokoh terkemuka Psikologi humanistik adalah Charlotte Buhler (1893–1974), Abraham Maslow (1908–1970), dan Carl Rogers (1902–1987).

a.    Buhler: Teori Tahap Perkembangan
Charlotte Buhler, seorang psikolog Wina, adalah ketua pertama dari Asosiasi Psikologi Humanistik. Buhler menolak anggapan dari para psikoanalis bahwa pemulihan homeostasis psikologis (keseimbangan) melalui pelepasan ketegangan merupakan tujuan dari manusia. Menurut teori Buhler, tujuan riil/nyata dari manusia adalah pemenuhan yang dapat mereka capai dengan pencapaian/prestasi dalam diri mereka dan di dunia (Buhler, dalam Rice, 2002).

Kecenderungan dasar manusia adalah aktualisasi diri, atau realisasi diri, sehingga pengalaman puncak darikehidupan muncul melalui kreativitas. Buhler menekankan peran aktif yang manusia mainkan melalui inisiatif mereka sendiri dalam memenuhi tujuan.
Tabel 1. Fase Kehidupan dari Buhler
Fase
Fase Perkembangan
Fase 1 : 0 – 15 tahun
Pertumbuhan biologis progresif; anak di rumah; hidup berpusat pada kepentingan yang sempit, sekolah, keluarga
Fase 2 : 16 – 27 tahun
Pertumbuhan biologis lanjut, kedewasaan seksual; perluasan aktivitas, penentuan diri; meninggalkan keluarga, memasuki kegiatan independen dan relasi personal
Fase 3 : 28 – 47 tahun
Stabilitas biologis; periode puncak; periode yang lebih baik dari pekerjaan profesional dan kreatif; banyak hubungan personal dan sosial
Fase 4 : 48 – 62 tahun
Kehilangan fungsi produktif, penurunan kemampuan; penurunan dalam aktivitas; kehilangan personal, keluarga, ekonomi; transisi ke fase ini ditandai oleh krisis psikologis; periode instrospeksi
Fase 5 : 63 tahun & 63 tahun ke atas
Penurunan biologis, meningkatnya penyakit; pengunduran diri dari profesi; penurunan dalam sosialisasi, tapi meningkat dalam hobi, pencarian individu; periode retrospeksi, perasaan pemenuhan atau kegagalan


b.        Maslow: Teori Hierarkhi Kebutuhan
Abraham Maslow adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam psikologi humanistik.Dilahirkan dalam keluarga Yahudi Ortodok di New York, ia memperoleh gelar Ph.D dalam Psikologi dari Columbia University di tahun 1934. Menurutnya, perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai motivasi untuk memenuhi kebutuhan.Maslow menyusun kebutuhan manusia menjadi lima kategori: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan akan cinta dan kepemilikan (belongingness), kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri .  

Menurut pendapat Maslow, urusan pertama kita sebagai manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup: makanan, air, perlindungan dari bahaya. Hanya jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka kita bisa mengarahkan energi kita pada kebutuhan manusia yang lebih ekskusif: cinta, dukungan, dan belonging. Pemuasan dari kebutuhan tersebut memung-kinkan kita menaruh minat pada penghargaan diri: Kita pelu memperoleh pengakuan, persetujuan dan kompetensi. Dan akhirnya, jika kita bisa tumbuh dengan cukup makanan, rasa aman, kasih sayang dan dihargai, kita lebih mungkin menjadi orang yang mengaktualisasikan diri yang telah memenuhi potensi kita. Menurut Maslow,aktualisasi diri adalah kebutuhan tertinggi yang merupakan puncak dari hidup.

c.         Rogers: Teori Pertumbuhan Personal
Carl Rogers dibesarkan dalam keluarga yang sangat religius di daerah midwest dan menjadi pendeta Protestan, yang lulus dari Union Theological Seminary di New York . Selama karirnya sebagai pendeta, Rogers menjadi semakin tertarik dengan konseling dan terapi sebagai cara melayani orang-orang yang mengalami masalah, dari siapa ia mengembangkan bentuk khusus terapi yang disebut client-centered therapy. Teorinya didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara penuh. Tanpa kesamaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkungan yang menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan memecahkan masalahnya sendiri dan berkembang menjadi jenis individu yang mereka inginkan.Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari kita memiliki dua self/diri: diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita tentang diri kita sesungguhnya “real self”) dan diri kita yang ideal/diinginkan “self ideal” (yang kita inginkan). Rogers (1961) mengajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu mematuhi normal orang tua atau norma sosial) yang orang lain tunjukkan kepada kita. Kita tidak bisa mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma sosial dan aturan orang tua yang keras. Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan diri yang rendah, menilai rendah diri seniri, dan melupakan siapa diri kita sebenarnya.
Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk atau beperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard (memberikan dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas secara sosial), bukan karena kita panta mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan harga diri dan kemampuan mencapai ideal-self kita sendiri. Tanpa unconditional positive regard kita tidak bisa mengatasi kekurangan kita dan menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya .
Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat, orang yang berfungsi sepenuhnya, adalah orang yang telah mencapai keselarasan antara diri yang riil (real self) dan diri yang dicitakan/diidamkan (ideal self), suatu situasi yang menghasilkan kebebasan dari konflik internal dan kegelisahan. Jika ada penggabungan antara apa yang orang rasakan tentang bagaimana dirinya dan apa yang mereka inginkan, mereka mampu menerima dirinya, menjadi diri sendiri, dan hidup sebagai diri sendiri tanpa konflik.

2.1.2 Model Pembelajaran Humanistik

Humaning  Of  The  Classroom,  ini  dilatarbelakangi  oleh  kondisi  sekolah  yang  otoriter, tidak  manusiawi,  sehingga  menyebabkan  peserta  didik  putus  asa  yang  akhirnya mengakhiri  hidupnya.  Kasus  ini  banyak  terjadi  di  Amerika  Serikat  dan  Jepang. Humaning  Of  The  Classroom  ini  dicetuskan  oleh  Jhon  P.  Miller  yang  terfokus  pada pengembangan  model  pendidikan  afektif. Pendidikan  model  ini  tertumpu  pada  tiga  hal, yaitu:  menyadari  diri  sebagai  suatu  proses  pertumbuhan  yang  sedang  dan  akan  terus berubah,  mengenali  konsep  dan  identitas  diri,  dan  menyatupadukan  kesadaran  hati  dan pikiran.  Perubahan  yang  dilakukan  terbatas  pada  subtansi  materi  saja,  tetapi  yang  lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model  pembelajaran  ini  ialah  bahwa  belajar  bukan  merupakan  konsekuensi  otomatis dari  penyampaian  informasi  kepada  siswa.  Belajar  membutuhkan  keterlibatan  mental dan  tindakan  sekaligus.  Pada  saat  kegiatan  belajar  itu  aktif,  siswa  melakukan  sebagian besar  pekerjaan  belajar.  Mereka  mempelajari  gagasan­gagasan,  memecahkan  berbagai masalah  dan  menerapkan  apa  yang  mereka  pelajari.  Dalam  Active  Learning  cara belajar dengan  mendengarkan  saja  akan  sedikit  ingat,  dengan  cara  mendengarkan,  melihat  dan mendiskusikan  dengan  siswa  lain  akan  paham,  dengan  cara  mendengar,  melihat, berdiskusi,  dan  melakukan  akan  memperoleh  pengetahuan  dan  keterampilan,  dan  cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus ialah dengan membelajarkan.
Quantum  Learning  merupakan  cara  pengubahan  macam­macam  interaksi.  Hubungan dan  inspirasi  yang  di  dalam  dan  di  sekitar  momen  belajar.  Dalam  prakteknya,  Quantum Learning  menggabungkan  sugetologi  teknik  pemercepatan  belajar  dan  neurolenguistik dengan  teori  keyakinan  dan    metode  tertentu.  Quantum  Learning  mengasumsikan bahwa  jika  siswa  mampu  menggunakan  potensi  nalar  dan  emosinya  secara  jitu  akan mampu  membuat  loncatan  prestasi  yang  tidak  bisa  diduga  sebelumnya.  Dengan  metode belajar  yang  tepat  siswa  bisa  meraih  prestasi  belajar  secara  berlipat  ganda.  Salah  satu konsep dasar dari metode ini ialah belajar itu harus mengasikkan dan berlangsung dalam suasana  gembira,  sehingga  pintu  masuk  untuk  informasi  baru  akan  lebih  besar  dan terekam dengan baik.
The  Accelerated  Learning,  merupakan  pembelajaran  yang  dipercepat.  Konsep dasar  dari  pembelajaran  ini  berlangsung  sangat  cepat,  menyenangkan,  dan  memuaskan. Pemilik konsep  ini Dave Meiver menyarankan kepada guru  agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual   dan intellectual  (SAVI).  Somantic dimaksudkan  sebagai  learning  by  moving  and  doing  (belajar  dengan  bergerak  dan berbuat).  Auditory  adalah  learning  bay  talking  and  hearing  (belajar  dengan  berbicara dan  mendengarkan).  Visual  diartikan  learning  by  observing  and  picturing  (belajardengan  mengamati  dan  menggambarkan).  Intellectual  maksudnya  ialah  learning  by problem  solving  and  reflecting  (belajar  dengan  pemecahan  masalah  dan  melakukan refleksi).  Bobbi  De  Porter  menganggap  accelerated  learning  dapat  memungkinkan siswa  untuk  belajar  dengan  kecepatan  yang  mengesankan,  dengan  upaya  yang  normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur­unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai  persamaan,  misalnya  hiburan,  permainan,  warna,  cara  berfikir  positif,
kebugaran  fisik  dan  kesehatan  emosional.  Namun  semua  unsur  ini  bekerja  sama  untuk menghasilkan  pengalaman belajar efektif.

2.1.3 Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang  mewarnai  metode-metode  yang  diterapkan.  Peran  guru  dalam  pembelajaran  humanistik  adalah menjadi  fasilitator bagi para siswa  sedangkan guru  memberikan  motivasi, kesadaran  mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa  berperan  sebagai  pelaku  utama  (student  center)  yang  memaknai  proses  pengalaman  belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya  secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.    Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
2.    Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif;
3.    Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri;
4.    Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri;
5.    Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan;
6.    Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya;
7.    Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya; dan
8.    Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran  berdasarkan  teori  humanistik  ini  cocok  untuk  diterpkan  pada  materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis  terhadap  fenomena  sosial.  Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  adalah  siswa  merasa  senang bergairah,  berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjaadi  perubahan  pola  pikir,  perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis,  mampu  berhubungan  dengan  siswa  dengan  mudah  dan  wajar. Ruang  kelas  lebih terbuka dan mampu menyesuaikan  pada perubahan. Sedangkan  guru   yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentar yang menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

2.1.4 Implikasi Teori Belajar Humanistik terhadap Proses Pembelajaran

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1.    Fasilitator  sebaiknya  memberi  perhatian  kepada  penciptaan  suasana  awal,  situasi kelompok, atau pengalaman kelas;
2.    Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum;
3.    Dia  mempercayai  adanya  keinginan  dari  masing-masing  siswa  untuk  melaksanakan tujuan-tujuan  yang  bermakna  bagi  dirinya,  sebagai  kekuatan  pendorong,  yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi;
4.    Dia  mencoba  mengatur  dan  menyediakan  sumber-sumber  untuk  belajar  yang  paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka;
5.    Dia  menempatkan  dirinya  sendiri  sebagai  suatu  sumber  yang  fleksibel  untuk  dapat dimanfaatkan oleh kelompok;
6.    Di  dalam  menanggapi  ungkapan-ungkapan  di  dalam  kelompok  kelas,  dan  menerima baik  isi  yang  bersifat  intelektual  dan  sikap-sikap  perasaan  dan  mencoba  untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok;
7.    Bilamana  cuaca  penerima  kelas  telah  mantap,  fasilitator  berangsur-sngsur  dapat berperanan sebagai seorang siswa  yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain;
8.    Dia  mengambil  prakarsa  untuk  ikut  serta  dalam  kelompok,  perasaannya  dan  juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa;
9.    Dia  harus  tetap  waspada  terhadap  ungkapan-ungkapan  yang  menandakan  adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar ; dan
10.          Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik

1.    Pembelajaran  dengan  teori  ini  sangat  cocok  diterapkan  untuk  materi­materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  ialah  siswa  merasa  senang  bergairah, berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjadi  perubahan  pola  pikir,  perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.
2.    Siswa  diharapkan menjadi manusia  yang  bebas,  berani,  tidak  terikat  oleh  pendapat orang  lain  dan  mengatur  pribadinya  sendiri  secara  tanggung  jawab  tanpa mengurangi  hak­hak  orang­orang  lain  atau  melanggar  aturan,  norma,  disiplin,  atau etika yang berlaku.
3.     
Karena dalam  teori  ini guru  ialah  sebagai  fasilitator maka kurang  cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan  takut  atau  malu  untuk  bertanya  pada  gurunya  sehingga  dia  akan  tertinggal oleh  teman­temannya  yang  aktif  dalam  kegiatan  pembelajaran,  padahal  dalam  teori ini  guru  akan  memberikan  respons  bila  murid  yang  diajar  juga  aktif  dalam menanggapi  respons  yang  diberikan  oleh  guru. 
 Karena  siswa  berperan  sebagai pelaku  utama  (student  center)  maka  keberhasilan  proses  belajar  lebih  banyak ditentukan  oleh  siswa  itu  sendiri,  peran  guru  dalam  proses  pembentukan  dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.

Teori ini mengajarkan orang untuk percaya pada diri sendiri dan menerima tanggung jawab untuk pengembangan potensi penuhnya. Humanis juga menekankan bahwa orang memiliki kebutuhan manusia yang nyata yang harus terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

2.2 Teori Kognitif

2.2.1 Pengertian Teori Kognitif

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi Teori kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan pengertian  dan perolehan pengetahuan dalam proses belajar dari pada hasil belajar itu tersendiri.
 Ada 2 teori sebagai pendekatan dasar untuk memahami kognisi. Pendekatan pertama adalah Piagetian approach yang menekankan perubahan kualitatif dalam cara berpikir mereka ketika berkembang. Pendekatan kedua adalah Teori Vygotsky.

a.      Piaget: Perkembangan Kognitif
Jean Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss yang tertarik dengan pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Ia mulai bekerja di laboratorium Alfred Binet di Paris, dimana pengujian kecerdasan modern berasal. Piaget mulai memeriksa bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang dalam kemampuan berpikirnya.
 Ia menjadi semakin tertarik dengan bagaimana anakanak mencapai kesimpulan daripada apakah mereka menjawab dengan benar atau tidak. Jadi bukannya mengajukan pertanyaan dan menilai mereka benar atau salah, Piaget justru memberikan pertanyaan kepada anak-anak itu untuk menemukan logika dibalik jawaban mereka. Melalui pengamatan yang seksama pada anak anaknya sendiri dan anak-anak lainnya, ia menyusun teori perkembangan kognitifnya .
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari  kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita. Ia menggunakan lima term untuk menggambarkan dinamika perkembangan itu. Skema menunjukkan struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatai situai tertentu di lingkungan. Misalnya, bayi melihat benda yang mreka inginkan, sehingga mereka belajar menangkap apa yang mereka lihat. Mereka membentuk skema yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses dengan mana anak-anak menyesuaikan pemikirannya untuk memasukkan informasi baru yang selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam Rice, 2002) mengatakan bahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalam skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru. Akomodasi meliputi penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan skema, yang baru ketika skema lama tidak berhasil. Anak-anak mungkin melihat anjing untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapa anjing aman untuk dipiara dan anjing lainnya tidak (akomodasi). Ketika anakanak memperoleh semakin banyak informasi, mereka menyusun pemahamannya tentang dunia secara berbeda.
Konsep equilibrium/keseimbangan esensial dalam definisi Piaget tentang kecerdasan sebagai “bentuk equilibration “. Equilibration didefinisikan sebagai kompensasi untuk gagguan eksternal. Perkembangan intelektual menjadi kemajuan yang terus-menerus yang bergerak dari satu ketidak seimbangan struktural ke keseimbangan struktur yang baru yang lebih tinggi. Piaget menguraikan empat tahap perkembangan kognitif: sensorimotor, preoperational, concrete operational, dan formal operational). Tahapan perkembangan kognitif menguraikan ciri khas perkembangan kognitif tiap tahap dan merupakan suatu perkembangan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

Tabel 2. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Usia
Tahap
Perilaku
Lahir-18 bulan
Sensorimotor
- Belajar melalui perasaan
- Belajar melalui refleks
- Memanipulasi bahan
18 bulan - 6 tahun
Praoperasional
- Ide berdasarkan persepsinya
- Hanya dapat memfokuskan pada satu
- variabel pada satu waktu
- Menyamaratakan berdasarkan pengalaman
  terbatas
6 tahun - 12 tahun
Operasional
konkret

- Ide berdasarkan pemikiran
- Membatasi pemikiran pada bendabenda
  dan kejadian yang akrab
12 tahun atau
lebih
Operasional
formal
- Berpikir secara konseptual
- Berpikir secara hipotetis

b.      Lev Vygotsky
Lev Vygotsky lahir di Rusia pada tahun 1986. Ketertarikannya pada perkembangan bahasa dan kognitif dalam hubungannya dengan proses belajar manusia. Vygotsky meninggal pada usia 38 tahun pada tahun 1934. Walau hidupnya singkat, teori yang dihasilkannya merupakan teori yang sangat berarti bagi perkembangan dunia psikologi dan dunia pendidikan (Mooney, 2003). Satu hal pernyataan Vygotsky yang terkenal adalah, “Pembelajaran dan Perkembangan merupakan dua hal yang saling berkaitan sejak hari pertama kehidupan manusia”
Vygotsky telah mengubah cara pendidik berpikir tentang interaksi anakanak dengan orang lain. Pekerjaannya menunjukkan bahwa perkembangan kognitif dan sosial berhubungan dan saling melengkapi. Selama bertahun-tahun, pendidik terdahulu, yang belajar teori-teori Piaget, memandang pengetahuan anak sebagai yang tersusun dari pengalaman-pengalaman pribadi. Meskipun Vygotsky juga mempercayai hal ini, ia berpikir bahwa pengalaman pribadi dan sosial tidak bisa dipisahkan. Dunia yang anak-anak alami terbentuk oleh keluarga, status sosio ekonomi, pendidikan dan pemahaman mereka mengenai dunia ini yang sebagian berasal dari nilai-nilai dan keyakinan dari orang dewasa dan anak-anak lain dalam kehidupan mereka. Anak-anak saling belajar satu sama lain setiap hari. Mereka mengembangkan kecakapan bahasa dan menangkap konsep-konsep baru ketika mereka saling berbincang dan mendengar satu sama lain.
Seperti halnya Piaget, Vygotsky percaya bahwa banyak pembelajaran yang terjadi ketika anak-anak bermain. Ia percaya bahwa bahasa dan perkembangan saling menambah satu sama lain. Ketika anak-anak bermain, mereka secara konstan menggunakan bahasa mereka mendiskusikan peran dan benda, arah atau tujuan serta saling mengoreksi. Merekapun belajar tentang situasi dan ide-ide yang belum dicoba. Vygotsky percaya bahwa interaksi ini menyumbang pada konstruksi pengetahuan siswa untuk pembelajaran mereka. Kontribusi utama dari Vygotsky untuk pemahaman tentang perkembangan individu adalah pemahamannya mengenai kepentingan interaksi dengan pendidik dan teman sebaya dalam mengembangkan pengetahuan siswa tersebut.
Dalam beberapa hal, pendekatan Vygotsky yang menegaskan begitu pentingnya peran orang dewasa atau pengasuh dalam membimbing pembelajaran siswa. Ketika bekerja bersama, siswa dapat dibantu untuk mencapai apa yang tidak mungkin jika dilakukan sendiri. Pandangan ini menekankan nilai interaksi dalam pembelajaran. Ini merupakan interaksi yang memberikan dasar untuk penyusunan sederet pengertian. Misalnya, anak-anak melalui sederetan interaksi dengan orang dewasa memperoleh kecakapan kompleks dan aksi dengan terlibat dalam Tarian Barongsai Cina. Dalam peringatan Tahun Baru Cina, anak anak tersebut bukan hanya mendemonstrasikan aksi-aksi yang seharusnya tetapi juga urutan dan interaksi diantara peserta yang membentuk dasar dari tarian ini. Pertunjukan tari itu tidak mungkin dilakukan tanpa bimbingan dan bantuan orang dewasa.
Salah satu perbedaan utama dalam pendekatan Piaget dan Vygotsky adalah Piaget membuktikan bahwa anak-anak memperoleh keuntungan dari eksplorasi dan penemuan yang diprakarsai sendiri dari metode-metode pengajaran yang merespon tingkat pemahaman mereka. Sementara Vygotsky menekankan peran orang dewasa dalam memimpin perkembangan, yaitu bukan hanya mencocokkan lingkungan pembelajaran melainkan juga membuat lingkungan dimana anak-anak dengan bantuan orang lain dapat memperluas dan meningkatkan pemahaman mereka saat itu. Dengan gambaran pengetahuan mengenai anak-anak dan pola-pola pertumbuhan, perkembangan dan pembelajarannya, maka pendidik anak-anak usia dini tersebut akan ada dalam posisi yang sangat kuat untuk membimbing pembelajaran anak dengan banyak cara. Misalnya dengan menggambarkan pengetahuan secara terperinci mengenai kebutuhan, kelebihan dan minat anak, pendidik akan dapat menentukan pengalaman-pengalaman yang menarik dan menantang bagi anak-anak.
Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of Proximal Development (ZPD). Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau siswa yang lebih terampil (Santrock, 1995). Ia yakin bahwa seorang siswa pada sisi pembelajaran konsep baru dapat memperoleh manfaat dari interaksi dengan seorang pendidik atau teman kelas. Bantuan yang pendidik atau teman sebaya berikan sebagai scaffolding. Scaffolding ini diartikan sebagai kerangka pengetahuan yang disiapkan saat masa kematangan tiba. Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya dapat membantu seorang anak “mencapai” konsep atau kecakapan baru dengan memberikan informasi yang mendukung. Vygotsky percaya hal ini dapat dilakukan bukan hanya oleh pendidik tetapi juga oleh kelompok anak yang telah memiliki kecakapan yang diinginkan.
Seperti Piaget, Vygotsky menempatkan banyak sekali penekanan pada pentingnya pengamatan. Dengan mengawasi dan mendengar secara seksama, pendidik mulai mengenal perkembangan tiap-tiap anak. Menurut Vygotsky, hal inilah satu satunya cara bagi para pendidik untuk menilai secara akurat apa yang ada dalam ZPD anak pada suatu waktu. Pengetahuan ini esensial untuk perencanaan kurikulum yang baik. Vygotsky juga yakin bahwa bahasa memberikan pengalaman yang penting untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Ia yakin bahwa berbicara adalah penting untuk mengklarifikasi poin-poin penting selain itu berbicara dengan orang lain juga membantu kita belajar lebih banyak tentang komunikasi. Sebagai contoh, kita dapat belajar banyak dari pengamatan percakapan anak- anak. Hal ini dapat membantu kita menemukan apa yang anak -anak ketahui dan apa yang membingungkan mereka. Banyak diantara kita memiliki kenangan tentang sekolah dimana kita diharapkan tenang dan belajar. Para pendidik pada saat itu berpikir belajar adalah perjalanan yang terpencil, sesuatu yang tiap siswa harus lakukan sendiri. Vygotsky telah menunjukkan kepada kita pentingnya pembelajaran sebagai pengalaman interaktif. Pendidik yang ingin mendorong perkembangan bahasa dapat melakukannya dengan mendorong kegiatan untuk bercakap-cakap.
Vygotsky yakin bahwa bahasa menyajikan pengalaman yang terbagi yang penting untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Ia yakin bahwa berbicara adalah penting untuk memperjelas hal-hal yang penting tetapi berbicara dengan orang lain juga membantu kita belajar lebih banyak tentang komunikasi. Vygotsky telah membantu para pendidik untuk melihat bahwa anak-anak belajar bukan hanya dengan melakukan atau bekerja tetapi juga dengan berbicara, bekerja dengan teman-teman, dan bertekun pada tugas itu hingga mereka “mendapatkannya”. Untuk mendukung pembelajaran sosial anak-anak, pendidik dapat memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk saling membantu atau untuk bekerja sama pada proyek-proyek dari pilihan mereka.
Pendidik meningkatkan pembelajaran siswa bukan dengan sekali-kali memberi mereka jawaban. Melalui interaksi, percakapan, dan percobaan, anakanak meningkatkan keterampilan/kecakapannya dan mencapai tujuan mereka. Mereka mempelajari baik proses yaitu bagaimana berdiskusi tentang menggunakan alat-alat; bagaimana bereksperimen untuk mengetahui alat mana yang bekerja paling baik, dan isi yaitu cara apa yang paling efektif untuk menggali benda beku dari potongan es, dan secara sambil lalu mempelajari pula prinsip-prinsip fisika seperti pengangkatan melalui interaksi mereka. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran perkembangan adalah sama tetapi tidak identik. Kombinasi dari pengajaran anak dan menghargai perkembangan individu anak akan mengoptimalkan pembelajaran.

2.2.2 Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran

Aplikasi  teori  belajar  kognitivisme  dalam  pembelajaran,  guru  harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra  sekolah  dan  awal  sekolah  dasar  belajar  menggunakan  benda-benda  konkret,  keaktifan siswa  sangat  dipentingkan,  guru  menyusun  materi  dengan  menggunakan  pola  atau  logika tertentu  dari  sederhana  ke kompleks,  guru  menciptakan  pembelajaran  yang  bermakna, memperhatian  perbedaan  individual  siswa  untuk  mencapai  keberhasilan  siswa. 
Dari penjelasan  diatas  jelas  bahwa  implikasinya  dalam  pembelajaran  adalah  seorang  pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak  mampu mencerna  dari  apa  yang  mereka  dengar  ataupun  mereka  tangkap.  Dari  ketiga  macam  teori diatas  jelas  masing-masing  mempunyai  implikasi  yang  berbeda,  namun  secara  umum  teori kognitivisme  lebih  mengarah  pada  bagaimana  memahami  struktur  kognitif  siswa,  dan  ini tidaklah  mudah,  Dengan  memahami  struktur  kognitif  siswa,  maka  dengan  tepat  pelajaran bahasa  disesuaikan  sejauh  mana  kemampuan  siswanya.  Selain  itu,  juga  model  penyusunan materi  pelajaran  bahasa  arab  hendaknya  disusun  berdasarkan  pola  dan  logika  tertentu  agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal kosakata

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif

1.    Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan, membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain.

2.    Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya, serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.

1.    Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2.    Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3.    Beberapa prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

2.2.4 Peran terhadap Perkembangan

Secara umum, Ahli teori kognitif telah memberikan sumbangan nyatadengan memfokuskan perhatian pada proses mental dan peran mereka dalam perilaku. Piaget menekankan pentingnya pendidik dalam memperhatikan tahapan perkembangan kognisi setiap individu, sehingga metode pendekatan pembelajaran dapat diberikan dengan tepat. Proses asimilasi, akomodasi, serta adapatasi individu terhadap informasi yang masuk merupakan proses yang harus dipahami bahwa seringkali bersifat sangat individual.
Kontribusi utama dari Vygotsky untuk pemahaman tentang perkembangan individu adalah pemahamannya mengenai kepentingan interaksi dengan pendidik dan teman sebaya dalam mengembangkan pengetahuan siswa tersebut. Pengamatan merupakan hal penting untuk dilakukan pendidik dan orangtua, sehingga perlakuan yang betul dapat diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan individu. Vygotsky juga menekankan peran orang dewasa dalam memimpin perkembangan, yaitu bukan hanya mencocokkan lingkungan pembelajaran melainkan juga membuat lingkungan anak-anak dengan bantuan orang lain dapat memperluas dan meningkatkan pemahaman mereka saat itu.




























BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.    Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Artinya, peserta didik mengalami perubahan dan mampu memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.    Kelebihan teori belajar humanistik yaitu pembelajaran  dengan  teori  ini  sangat  cocok  diterapkan  untuk  materi­-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator  dari  keberhasilan  aplikasi  ini  ialah  siswa  merasa  senang  bergairah, berinisiatif  dalam  belajar  dan  terjadi  perubahan  pola  pikir,  perilaku  dan  sikap  atas kemauan sendiri.
3.    Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam teori ini guru sebagai fasilitator, maka kurang cocok menerapkan kepada yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh temannya yang aktif.
4.    Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang  mewarnai  metode-metode  yang  diterapkan.  Peran  guru  dalam  pembelajaran  humanistik  adalah menjadi  fasilitator bagi para siswa  sedangkan guru  memberikan  motivasi, kesadaran  mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
5.    Teori  belajar  kognitif  lebih mementingkan  proses  belajar  daripada  hasil  belajar  itu  sendiri. 
6.    Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
7.    Kekurangan teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
8.    Aplikasi  teori  belajar  kognitivisme  dalam  pembelajaran,  guru  harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra  sekolah  dan  awal  sekolah  dasar  belajar  menggunakan  benda-benda  konkret,  keaktifan siswa  sangat  dipentingkan,  guru  menyusun  materi  dengan  menggunakan  pola  atau  logika tertentu  dari  sederhana  ke kompleks,  guru  menciptakan  pembelajaran  yang  bermakna, memperhatian  perbedaan  individual  siswa  untuk  mencapai  keberhasilan  siswa.


3.2 Saran            

Sebagai  seorang  mahasiswa  yang  mengkhususkan  diri  dalam  bidang  pendidikan,  berbagai  teori  belajar  patutnya  dikaji  lebih  dalam  agar  dalam  mencapai  impian,  dapat diraih  kemudahan  dan  menjadikan  profesionalisme  dalam  menjalani  profesi  yang  ditekuni nanti,  karena    teori  belajar  selalu  berkembang  sesuai  perkembangan  zaman  dan  seorang guru  terus  mengikuti  perkembangan  teori  belajar  mengingat  besarnya  pengaruh  yang dibawanya dalam menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar

 

 

 

 




Daftar Pustaka

Arhur, L., dkk. (1998). Programming and Planning in Early Childhood Education.Sydney: Harcourt Brace and Company.
Clark, RI,. & Naohiro Ogawa, (1997). Transition from Career to Retirement inJapan, dalam Industrial Relations : A Journal of Economy and Society.
Vol. 36. (No.2 April 1997). p.255-270, Institute of Industrial Relations, Universityof California at Berkeley, Blackwell Publisher, Boston MA & Oxford, UK
Crain,W.( 2000). Theories of Development; Concepts and Application. New              Jersey Prentice Hall.
Departemen Kesehatan RI .(1998). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
    Bagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan.
Oskamp. (1998). The Social Psychology of Aging. Sage Publication : Newbury
    Park.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TT3Laboratorium : Pesawat Atwood

TM4Labor : Teropong